Tambang Emas Ilegal Sungai Tabong di Buol Kembali Marak, Warga Khawatir Terjadi Banjir Bandang

JurnalNews - Meski sudah pernah dilakukan penertiban, aktivitas tambang emas ilegal di Sungai Tabong, Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) kini kembali marak.

Bahkan, pengolahan emas yang menggunakan alat berat jenis exavator untuk mengeruk material di lokasi yang masuk wilayah Desa Kokobuka, Kecamatan Tiloan, Kabupaten Buol lebih banyak dari sebelumnya.

Untuk diketahui, sebelumnya tim gabungan Polres Buol dan Polres Tolitoli telah melakukan penertiban untuk menghentikan aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) di Sungai Tabong yang mengalir hingga wilayah Desa Janja, Kecamatan Lampasio Kabupaten Tolitoli itu.

Baca Juga: Siapa 'Cukong' Tambang Emas Ilegal di Sungai Tabong Kabupaten Buol?

Baca Juga: Banjir Terjang Lingkar Tambang Bahodopi, PT IMIP Dinilai Gagal Jaga Keseimbangan Ekologis

Setelah adanya penertiban tersebut, aktivitas para penambang yang diduga dibiayai cukong-cukong dari luar wilayah itu hanya berhenti sementara.

Saat ini, aktivitas penambangan emas ilegal itu kembali marak. Bahkan, sejumlah alat berat sudah beroperasi lagi di kawasan tersebut.

Sejumlah alat berat kembali dikerahkan oleh pemodal untuk mengeruk material yang mengandung emas.

"Sekarang sudah sekitar 30 unit Exavator yang beroperasi di sekitar Sungai Tabong, di wilayah Desa Kokobuka," kata sumber yang enggan disebutkan namanya.

Sumber juga menyebutkan, di bantaran sungai saja ada 3 unit exavator yang melakukan pengerukan hingga kedalaman sekitar 15 meter.

Material yang dikeruk tersebut kemudian dimasukkan ke dalam talang besar yang telah disiapkan, untuk mendapatkan emas yang menjadi buruan cukong perusak lingkungan itu.

Baca Juga: Bisa Picu Bencana, Tambang Emas Ilegal di Sungai Tabong Makin Masif

Baca Juga: Pengawasan di Kawasan PT IMIP Lemah, Hujan Sebentar Langsung Banjir, Anwar Hafid: Ngeri Perasaan Saya

Akibat aktivitas penambangan emas ilegal tersebut, kini masyarakat di hilir Sungai Tabong merasa resah karena air sungai menjadi keruh dan bercampur lumpur.